RSS

Minggu, 21 November 2010

PERAN MAHASISWA SEBAGAI PENERUS BANGSA

oleh Mohammad Fauzan Syahid

Penduduk Indonesia adalah negara yang berpendidikan dan berkebudayaan, untuk itu negara sangat respek dengan kedua hal ini. Dibidang pendidikan pemerintah menargetkan agar setiap warga negara yang berumur dibawah 15 tahun untuk mengikuti program wajib belajar 9 tahun yang digalakkan sejak pemerintah orde baru silam. Kenyataan d lapangan masih banyak anak-anak yang berumur 6 – 15 tahun yang mudah kita temui di luar jam sekolah ada yang sedang mengamen, mengemis, jadi lopper koran, berdagang di kaki lima dan lain-lain. Potret semacam ini sudah menjadi hal yang lumrah di kota-kota besar Indonesia. Generasi penerus bangsa yang sudah “rusak” di usia dini ini, banyak menimbulkan persoalan, salah satunya adalah kualitas intelektual warga negara kita yang menjadi lamban perubahannya. Untuk itu perlu perhatian yang sangat serius .lagi di pemerintah oleh dinas “ terkaitnya untuk menangani masalah yang urgen ini guna mencapai salah satu tujuan bangsa Indonesia yang sangat mulia yang tertuang dan pembukaan UUD 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Kesempatan untuk memperoleh pendidikan sudah diberikan oleh pemerintah kepada setiap warga negara tanpa membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, latar belakang sosialnya. Pendidikan yang tersedia serta dapat diperoleh oleh setiap orang dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah, salah satu pendidikan sekolah adalah perguruan tinggi pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan mahasiswa untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademi untuk dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat Indonesia sedang mengalami perubahan yang sangat pesat, tapi dibidang pendidikan Indonesia masih tertinggal oleh dua negara tetangga kita Malaysia dan Singapura padahal konon ITB pernah menjadi perguruan tinggi terbaik di Asia Tenggara. Di Malaysia pemerintahnya memberikan peluang sebesar-besarnya kepada warga negara untuk mengenyam bangku kuliah dengan cara meminimalisasi biaya kuliah serendah mungkin bahkan sampai ada yang gratis dan melaksanakan program beasiswa hingga program pasca sarjana ke negara lain yang mutu pendidikannya lebih tinggi. Pemerintah Malaysia mengirim mahasiswanya ke berbagai negara setelah itu menarik kembali untuk membangun pendidikan Malaysia dengan mengadopsi sistem pendidikan di tempat-tempat kuliahnya tersebut. Walhasil pendidikan Malaysia lebih maju dibanding kita.
Hampir seluruh negara di dunia membuat program pendidikannya minimum 20% dari APBNnya setiap tahun, begitu pula dengan Indonesia. Tapi hal ini mustahil akan sampai semua ke mereka yang wajib menerimanya karena korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya yang mengakar kuat. Dana tersebut akan sampai dengan persentase yang jauh dari aslinya. Hal ini sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan di negara ini.
Tidak semua warga negara kita dapat menikmati pendidikan di PT. sebagai mahasiswa kita seharusnya merasa bersyukur dan tidak menyia-nyiakan hal ini karena masih banyak orang yang seusia kita yang tidak sempat mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa karena kondisi ekonomi yang tidak memadai. Tentu saja dengan keadaan itu dia tidak dapat dengan mudah bersaing di era globalisasi ini, walaupun ada sebagian orang yang berhasil membangun usaha sendiri dengan sangat maju walaupun hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SD saja. Belum lagi mahalnya biaya pendidikan .di PT negeri dan swasta yang bergengsi, mahasiswa harusnya sadar betul betapa besar harapan orang tua untuk kehidupan anak-anaknya kelak. Banyak sekali mahasiswa yang kurang menyadari hal ini dengan mengikuti kuliah saja ada waktu, lulus dengan nilai yang biasa saja dan membawa ilmu apa adanya.
Mahasiswa sebagai penerus bangsa harus mempersiapkan diri sebaik dan sedini mungkin dengan belajar yang giat dan penuh prestasi di era globalisasi persaingan sangat ketat banyak tenaga luar yang memiliki skill yang lebih dari kita masuk ke Indonesia. Sehingga orang-orang Indonesia sendiri jadi tidak terpakai atau hanya menjadi bawahan dari mereka. Sebagian besar perusahaan BUMN baik migas dan non migas staff tenaga ahli harus menjadi tuan di negara kita sendiri untuk itu kita harus menempa diri sebaik-baiknya dengan memperkaya ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan membangun IMTAK yang kuat. Negara ini memiliki begitu masalah kompleks dan kronis di perlukan manusia-manusia dengan mental yang tangguh, ide-ide yang kreatif, hati yang bijak dan jujur.

0 komentar: